Monday, June 23, 2008
JAKARTA, Sebelum dirujuk ke beberapa rumah sakit dan akhirnya berakhir dengan kematiannya di RS Pusat Pertamina, Jumat (20/6), mahasiswa Universitas Nasional (Unas), Maftuh Fauzi, sering mengeluh kepalanya pusing selama berada dalam tahanan.
Bahkan, mahasiswa Sastra Inggris Unas itu juga diketahui sering memukuli kepalanya dengan tangannya. Pengakuan itu disampaikan rekan sekamar Maftuh selama dalam tahanan, Ceppy Febrinika Bachtiar saat bersama sejumlah mahasiswa Unas lainnya, melaporkan pelanggaran yang dilakukan dokter beberapa rumah sakit selama menangani mahasiswa di kantor PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jakarta, Senin (23/6).
"Ketika proses awal diserahkan ke ruang tahanan hingga sembilan hari proses tahanan, selain mengeluh pusing selama 9 hari dan tidak tentu jamnya, korban sering memukul kepala dengan kedua tangannya," ujar Cheppy kepada wartawan.
Tidak hanya mengeluh kepalanya pusing, Cheppy juga mengatakan bahwa Maftuh juga sering mengeluh sering mual, dan terkadang sulit tidur. Cheppy menyebut bahwa dia sudah meminta kepada pihak medis agar memberikan perawatan.
"Tapi ketika proses penanganan medis mengatakan Maftuh baik-baik saja. Hanya dikasih obat. Tapi setelah itu pengaruhnya sama sekali tidak berubah, kepalanya masih pusing. Karena itu kami sangat mengutuk pelayanan lambat pihak dokter dan perawatan yang tidak maksimal," sambung Cheppy.
Cheppy juga bercerita banyak tentang buruknya kondisi ruang penahanan di Polres Metro Jakarta Selatan, yang menjadi hotel prodeo bagi 31 mahasiswa Unas yang ditahan menyusul bentrok mahasiswa dengan aparat kepolisian usai menggelar demonstrasi menentang kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM di kampus Unas, 24 Mei 2008.
Buruknya ruang penahanan itu kata Cheppy diantaranya semisal sanitasi air yang sangat buruk, yang kadang mengalir kadang mampet. "Dan yang lebih parah adalah pembagian satu tempat tidur susun untuk 15 orang," sambung Cheppy.
Cheppy mengaku terakhir kali bertemu Maftuh pada Selasa (17/6) atau tiga hari sebelum meninggal dunia. Ia mengaku waktu itu Maftuh sudah dalam keadaan lemah dan tidak sadarkan diri. "Tapi saat saya datang dan bilang saya Cheppy, dia menggenggam tangan saya cukup erat," aku Cheppy.
Source
Labels: Hukum dan Kriminal, News, Sosial Politik
0 comments:
Post a Comment