Referensi

Jasa Web Design

Saturday, December 1, 2007

Diadili, Walk Out, Pimpin Kudeta Lagi

MANILA - Kudeta, rupanya, tidak pernah lepas mewarnai pemerintah Filipina. Untuk kali kesekian, upaya penggulingan pemerintah berlangsung di negeri itu.

Sekelompok personel militer menuntut Presiden Gloria Macapagal Arroyo lengser. Caranya, puluhan personel militer itu menduduki sebuah hotel mewah di kawasan bisnis Makati, The Peninsula.

Arroyo pun langsung memerintah militernya menyerbu hotel tersebut. Setelah mengevakuasi karyawan dan tamu hotel tersebut, militer propemerintah itu pun mengeluarkan tembakan dan gas air mata, memaksa pemberontak menyerahkan diri.

Karena mereka tidak juga mematuhi seruan hingga batas waktu yang ditetapkan, dua kendaraan lapis baja masuk ke hotel. Akhirnya, pemberontak menyerahkan diri. Seluruh gerak personel militer itu disiarkan secara langsung lewat televisi.

Senator Antonio Trillanes, yang memimpin kudeta tersebut, memerintah anak buahnya menyerah. "Saya tidak akan bisa hidup tenang mengetahui sebagian di antara kalian dipukuli atau bahkan terbunuh karena tembakan," ujarnya.

Trillanes adalah seorang letnan angkatan laut. Kudeta kali ini bukan yang pertama dilakukan untuk menggoyang pemerintahan Arroyo. Sebelumnya, pada 2003, dia melakukan makar, namun gagal. Mei lalu, dia terpilih sebagai senator meski masih tetap menjalani pemeriksaan untuk aksinya pada 2003.

Sebelum kudeta kemarin, seharusnya Trillanes hadir dalam persidangan kasusnya tersebut. Namun, dia walk out (WO) dari ruang sidang dan langsung memimpin kudeta yang didukung 200 tentara.

Setelah menduduki hotel, mereka membacakan tuntutan agar Arroyo mundur. Sebuah situs menyebutkan bahwa mereka mengeluhkan Arroyo yang tetap bertahan meski dikudeta beberapa kali. Mereka pun meminta militer di negara tersebut mengganti para pemimpinnya, lantas melawan Arroyo.

Situs tersebut juga meminta warga Filipina memberikan dukungan. Caranya, keluar dari hotel tersebut bersama-sama seraya menggaungkan gerakan people power, layaknya yang terjadi pada era diktator Ferdinand Marcos 1986.

"Kami sedang bersatu bersama rakyat untuk mengganti kepemimpinan. Kami meminta militer berhenti mendukung Arroyo untuk mengakhiri masa kepemimpinannya yang tidak sesuai dengan konstitusi dan ilegal," katanya.

Selain itu, "Arroyo juga mencuri kursi kepresidenan dari Estrada. Lalu, dia juga memanipulasi hasil Pemilu 2004," tambahnya.

Mereka juga menganggap Arroyo sebagai "presiden palsu". Indikasinya, menurut mereka, jatuhnya ekonomi, aturan hukum, dan moral.

Menanggapi hal itu, Arroyo meminta agar para tentara yang melakukan kudeta ditahan. Selain itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pemerintah Filipina memberlakukan jam malam mulai Kamis tengah malam hingga pukul 05.00.

Jam malam tersebut hanya diberlakukan di Manila dan dua wilayah sekitarnya. "Lagi dan lagi, kami telah menunjukkan kepada dunia akan adanya stabilitas institusi dari demokrasi kita serta kekuatan pemerintahan ini," kata Arroyo dalam televisi nasional.

Menurut Menteri Dalam Negeri Ronaldo Puno, jam malam itu hanya akan diberlakukan sehari. Tujuannya, memastikan bahwa hukum masih berlaku.

Source

Silahkan Beri Komentar Anda Mengenai Berita/Artikel Ini.

0 comments:

 

Power by Grandparagon @ 2007 - 2008 Beritadotcom.blogspot.com