Friday, November 9, 2007
SINGAPURA - Laju deforestasi di Indonesia yang didorong dunia industri dapat meledakkan "bom iklim" jika tidak segera dikontrol.
Hal itu ditegaskan kelompok pecinta alam Greenpeace dalam laporan yang diluncurkan di Singapura hari ini, Kamis (8/11/2007), seperti dilansir Associated Press.
Kelompok ini menyebut, pembakaran hutan hujan dan menjadikan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit telah melepaskan gas rumah kaca dalam ke atmosfer dalam jumlah besar. Setiap tahun sebanyak 1,8 miliar ton emisi dilepaskan karena dua hal itu.
"Perdagangan minyak kelapa sawit oleh sejumlah pedagang pangan dan komoditas membantu meledakkan bom iklim di hutan hujan dan lahan gambut di Indonesia," sebut laporan itu. "Upaya untuk mencegah bahaya perubahan iklim dapat tidak berhasil, kecuali jika perusakan hutan oleh kalangan industri dapat dikendalikan."
Laporan itu merujuk apa yang terjadi di Sumatra, yang memiliki seperempat dari seluruh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sebanyak 3 juta hektare (7,4 juta acre) hutan berpotensi ditebang dan dibakar pada dekade mendatang.
Pembakaran lahan gambut Sumatra -yang menyimpan 14,6 miliar ton karbon- dapat berakibat pelepasan emisi gas rumah kaca yang setara dengan pelepasan secara total di seluruh dunia.
Kelompok ini menyebut produsen barang konsumsi Unilever dan Nestle, dan perusahaan perdagangan Amerika Serikat Cargill, di antara perusahaan besar yang memiliki permintaan tinggi terhadap kelapa sawit Indonesia.
Juru bicara Unilever di Australia menyatakan perusahaannya tidak berkomentar atas rilis ini dan belum mengetahui laporan Greenpeace itu. Sementara sambungan telepon ke Nestle dan kantor Cargill di Asia tidak dijawab.
Source
Silahkan Beri Komentar Anda Mengenai Berita/Artikel Ini.
Labels: Lingkungan Hidup, News
0 comments:
Post a Comment