Monday, July 20, 2009
[Alnect komputer] Jakarta - Pengamat dari Brighten Institute, Agus Widjojo, mengatakan target ledakan bom mulai berubah lebih spesifik.
"Mereka berubah dari target kerumunan massa seperti di Bali 2002, menjadi tempat-tempat yang spesifik memisahkan orang asing dan Indonesia," ungkapnya ketika dihubungi Ahad (19/7).
Teroris, katanya, kini berubah ke tempat di mana simbol-simbol negara tertentu yang kerap dikunjungi warga asing, terutama yang mencirikan Amerika Serikat.
Ketika ledakan di Kuta Bali, menurut Agus, korban banyak yang dari penduduk lokal. Tapi, kini dengan menyasarkan target ke hotel milik asing, target teroris menjadi lebih spesifik.
Kenapa Indonesia masih dipilih sebagai sasaran teroris? "Indonesia masih dianggap tempat kegiatan kepentingan Amerika," jawabnya. "Sehingga Indonesia bisa ditempatkan sebagai titik strategi oleh teroris. Ditambah lagi, umat muslim di Indonesia terbanyak di seluruh dunia."
Ledakan bom dalam terorisme, ia melanjutkan, tidak hanya sekedar menunjukkan keahlian teroris. "Tapi ada pesan yang ingin disampaikan. Mungkin menunjukkan keberadaan kelompok mereka yang masih kuat," jelasnya.
Nyatanya, hingga kini Noordin M.Top belum tertangkap. "Melihat dari satu logika saja, kalau dia belum tertangkap, berarti masih ada aktivitasnya," jelas Agus.
Aktivitas inilah yang belum terpantau intelijen maupun kepolisian, meski jaringan Noordin di Cilacap baru-baru ini digerebek.
Source
Labels: Hukum dan Kriminal, News, Sosial Politik
0 comments:
Post a Comment