News, Articles & Reviews

Malang - Kepala Lembaga Pemasyarakatan Lowokawaru Malang, Christian Leihitu menemui bekas kurir Azhari, Muhammad Cholily alias Yahya Antoni, 28, Selasa (21/7). Dalam pertemuan itu, Cholily mengaku tak mengetahui ledakan bom di Jakarta. Ia baru mengetahuinya dari sesama narapidana berdasarkan informasi keluarga yang membesuk. Mereka mengetahuinya dari berita di televisi dan media cetak.

"Tak ada televisi dan koran di dalam lembaga pemsayarakatan, jadi Cholily tak mengetahui informasi dari dunia luar," katanya. Menurut Christian, Cholily mengatakan tak pernah menjalin komunikasi dengan jaringan Noordin Muhammad Top lain, sejak tertangkap di perbatasan Semarang-Demak 9 Nopember 2005 lalu.

Selama 10 menit bertemu, Cholily hanya menjawab seperlunya. Tak banyak kata, yang keluar dari pria jebolan Universitas Negeri Malang ini. Sikapnya pemalu dan tak bergaul dengan sesama narapidana lain. Sehingga, sejak pindah ke Lapas Lowokwaru Malang 10 Oktober 2008 lalu, Cholily tak memiliki banyak teman.

Selama ini, kata Christian, Cholily aktif mengikuti kegiatan di dalam musholla yang terletak di dalam penjara. Bahkan, sepanjang hari dihabiskan untuk mengaji dan beribadah. Sedangkan, setiap pagi juga rajin mengikuti senam pagi bersama narapidana lain. Ia juga rajin membersihkan kamar, dan merawat tanamqan di sekitar kamar penjara. Ia menjalani penahanan di blok 12, dengan pengamanan ekstra ketat.

Sebelumnya beredar kabar, Cholily menjalani pemeriksaan di luar lembaga pemasyarakatan. Namun, Christian lekas membantahnya alasannya sejauh ini tak ada ijin pemeriksaan dari aparat kepolisian. Sedangkan, sesuai prosedur untuk pemeriksaan harus meminta ijin kepada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Timur. "Gak benar ada pemeriksaan di luar lembaga pemasyarakatan." jelasnya.

Sedangkan, kediaman Cholily di Jalan Juanda Gang II Kelurahan Jodipan, Kota Malang, nampak lengang. Rumah tersebut tertutup rapat, keluarganya tak ada di rumah. Padahal, minimal sepekan sekali iu Cholily, Sofiah kerap mengunjunginya di Lembaga Pemasyarakatan.

Source