Tuesday, February 5, 2008
Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertanian (Deptan) merencanakan pengembangan pabrik pakan ternak skala kecil ("mini feedmill") pada 38 lokasi di tanah air tahun ini, guna mengantisipasi melonjakan harga pakan ternak.
Dirjen Peternakan Deptan, Tjeppy D Soedjana, di Jakarta pada Selasa menyatakan, pabrik pakan mini tersebut dibangun di wilayah-wilayah sentra produksi bahan baku pakan seperti jagung dan kelapa sawit.
"Pembangunan pabrik pakan ternak mini tersebut untuk melengkapi pabrik yang sudah ada saat ini," katanya.
Pada tahun lalu, tambahnya, Deptan telah mengembangkan pabrik serupa di 14 lokasi yaitu di Kabupaten Ciamis, Cirebon, Sukabumi, Subang, dan Bekasi (Jawa Barat), Kabupaten Magelang, dan Banjarnegara (Jawa Tengah), serta Blitar (Jawa Timur).
Selain itu, di Kabupaten Bangli dan Tabanan (Bali), Sawah Lunto (Sumatera Barat), Bengkulu Utara, Kapuas, dan Hulu Sungai Utara.
Pabrik pakan mini tersebut memiliki kapasitas produksi sekitar 3-5 ton per hari, serta investasi sebesar Rp250 juta per unit.
Menurut dia, 38 pabrik pakan mini yang akan dikembangkan tersebut untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak maupun unggas lokal, sedangkan 14 yang telah ada saat ini untuk pakan unggas lokal.
Sementara untuk pabrik pakan besar yang akan dikembangkan di Kabupaten Subang dan Bekasi untuk mencukupi kebutuhan pakan ayam ras dan petelur.
Ketika ditanyakan investasi yang diperlukan untuk pengembangan 38 pabrik pakan mini tersebut, Tjeppy mengatakan, hal itu menjadi kewenangan Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Deptan.
"Tanyakan pada Pak Djoko (Dirjen P2HP) karena nanti yang akan mengembangkan ini Dirjen P2HP," katanya.
Saat ini di Indonesia terdapat 56 pabrik pakan skala besar yang tersebar di delapan provinsi, yaitu Sumatera Utara delapan pabrik, Lampung, empat pabrik, Banten 10 pabrik, DKI Jakarta empat pabrik.
Di Jawa Barat terdapat empat pabrik, Jawa Tengah tiga pabrik, 17 pabrik di Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan dua pabrik.
Kapasitas produksi dari seluruh pabrik terpasang sebesar 11,03 juta ton per tahun.
Menyinggung populasi ayam pedaging, tambahnya, tahun 2008 diprediksi naik sebesar 1,5 miliar ekor dari 2007 yang hanya sebesar 1,2 miliar ekor.
Sedangkan produksi pakan ternak diperkirakan mencapai 8,23 juta ton atau naik sekitar tujuh persen dibandingkan tahun 2007 sebesar 7,7 juta ton.
Walaupun Indonesia telah mampu mencapai swasembada daging dan telur, lanjut dia, namun ketergantungan impornya masih tinggi, karena sekitar 70 persen bahan baku masih diimpor, baik pakan, obat, dan teknologi lainnya.
Hal itu menyebabkan peternakan ayam masih tergolong industri yang akan tenggelam karena tidak mengakar pada pasokan bahan baku dalam negeri.
Saat ini peternakan unggas menyerap 83 persen produksi pakan nasional, peternakan babi menyerap enam persen, ruminansia tiga persen, perikanan budidaya tujuh persen, dan lainnya sekitar satu persen.
Dalam budidaya unggas, biaya pakan menempati porsi terbesar atau mencapai 70-80 persen dari total biaya.
Komposisi pakan ternak sendiri terdiri dari 51,4 persen jagung, 18 persen bungkil kedelai, 5,0 persen tepung ikan/MBM, 7,0 persen "corn gluten meal", premiks 0,6 persen, CPO (Crude Palm Oil) dua persen dan selebihnya dedak (limbah penggilingan padi).(*)
Source
Silahkan Beri Komentar Anda Mengenai Berita/Artikel Ini.
Labels: Bisnis dan Ekonomi, News
0 comments:
Post a Comment