Saturday, December 22, 2007
Bengkulu (ANTARA News) - Ribuan warga Kota Bengkulu yang saat ini berada di pengungsian, mengaku memilih mengungsi sebagai antisipasi bila gempa dan tsunami sebagaimana yang diprediksikan pakar kebumian dari Brazil, Jucelino Nobrega da Luz, benar-benar terjadi.
Beberapa warga yang ditemui di pengungsian pada Sabtu malam mengaku bahwa tidak mempercayai isu akan terjadi gempa 8,5 SR yang diikuti tsunami pada 23 Desember 2007, seperti yang disampaikan Jucelino Nobrega da Luz itu.
"Terus terang, saya tidak percaya, tapi untuk mengantisipasi kalau-kalau gempa dan tsunami itu benar terjadi, saya bersama keluarga memilih mengungsi dan tidur di pengungsian mulai malam ini," kata Surihastuti (37), warga RT IV Kelurahan Kualalempuing, Kota Bengkulu.
Surihastuti, bersama ibu dan dua anaknya telah berada di pengusian di lapangan sepak bola Kemuning, sejak pukul 16.00 WIB, karena khawatir gempa dan tsunami itu akan datang lebih cepat dari perkiraan.
Hal senada dikemukakan Raninti (70), warga RT V Kelurahan Lempuing, yang juga sudah berada dalam tenda di lapangan bola Kemuning sejak jam 16.00 WIB, bersama anak dan dua cucunya.
Raninti juga mengaku tidak percaya dengan isu yang dilontarkan Juncelino itu, namun sebagai antisipasi dia memilih untuk mengungsi.
"Yang saya khawatirkan gempa dan tsunami itu benar-benar terjadi," katanya.
Kelurahan Kualalempuing, merupakan salah satu daerah paling rawan terhada tsunami karena lokasinya landai atau rata dengan bibir pantai.
Ketika terjadi gempa 7,9 SR pada 12 September 2007, seluruh warga kelurahan itu mengungsi di halamang Kantor Gubernur Bengkulu.
Ketika ditanya, baik Surihastuti maupun Raninti mengaku akan tetap berada di pengungsian hingga akhir tahun 2007.
Sekitar 10 keluarga, mulai menempati lapangan sepak bola Kemuning dan seluruhnya merupakan warga Keluraha Kualalempuing.
Tempat pengungsian yang juga mulai ditempati warga yakni Terminal Air Sebakul dan Terminal Betungan. Sekitar 30 keluarga akan menginap di Terminal Air Sebakul dan sekitar 20 keluarga di Betungan yang sebagian besar merupakan warga Teluk Sepang.
Warga yang mengungsi di Terminal Air Sebakul dan Betungan pun mengaku, memilih untuk mengungsi sebagai antisipasi kalau gempa dan tsunami benar-benar terjadi.
"Gimana ya, kalau sama remalan itu saya tidak percaya, tapi saya tetap mengungsi karena takut nanti malah terjadi," kata Bambang, warga Teluk Sepang yang mengungsi di Terminal Air Sebakul.
Kawasan permukiman yang dekat dengan pantai seperti Kualalempuing, Teluk Sepang dan Pasar Pantai terlihat sepi karena hampir seluruh warganya mengungsi ditempat yang lebih tinggi atau lokasi pengungsian yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat. (*)
Source
Silahkan Beri Komentar Anda Mengenai Berita/Artikel Ini.
Labels: Bencana dan Kecelakaan, News
0 comments:
Post a Comment