Monday, October 29, 2007
Jakarta - Lia (24), seorang karyawan swasta di bilangan Sudirman, Jakarta tengah bingung apakah mau meneruskan hubungan dengan Jhon (29), seorang pria asal Yunani. Selain berbeda hukum perkawinan, Lia juga mengaku tak tahu sama sekali budaya pacarnya itu.
"Saya kenal calon suami karena satu kantor. Kalau tentang adat dan kebiasaan keluarganya, katanya orang-orang, bangsa Yunani termasuk yang ribet," kata Lia saat diskusi Perkawinan Antar Bangsa di Blitz Megacineplex Grand Indonesia, Jakarta, Minggu (28/10/2007).
Ribetnya menikah beda bangsa dibenarkan oleh penulis buku 'Love and Shock', Hartati Nur Widjaja. Menurut perempuan yang juga telah menikah dengan pria Yunani itu, ribetnya menikah dengan orang Yunani akan ditemui saat akan memperoleh surat keterangan single dari Kedubes Yunani.
"Harus calon suami yang pro aktif meminta surat ini. Baru bisa ke KUA di Indonesia," ujar penulis buku yang menceritakan susahnya menikah dengan orang yang beda bangsa.
Perkawinan antar bangsa dewasa ini memang semakin terbuka sejak banyaknya perusahaan asing yang membuka kantornya di Indonesia. Terlebih dengan teknologi internet seperti chatting. Sayangnya ini tidak diimbangi dengan mempelajari masalah kebudayaan masing-masing pasangan.
"Sering-seringlah bergaul dan share dengan teman-teman komunitas yang sudah melakukan perkawinan beda bangsa," ujar Hartati memberi tips.
Permasalahn adat dan perbedaan kebudayaan memang menjadi masalah utama pada pernikahan beda bangsa. Hal ini karena didasari perbedaan karakter masing masing bangsa. "Tetapi, kalau cinta, ya sah-sah saja," kata salah seorang nara sumber, Ries Makmur yang telah mengarungi bahtera perkawinan dengan orang Amerika selama 34 tahun dan berpindah-pindah negara lebih dari 5 negara
Source
Silahkan Beri Komentar Anda Mengenai Berita/Artikel Ini.
Labels: News, Sosial Politik

0 comments:
Post a Comment