Referensi

Jasa Web Design

Thursday, October 18, 2007

Kamis, 18-10-2007
MedanBisnis – Surabaya

Kengototan warga yang menolak tinggal di pengungsian mengundang tanya. Warga lebih percaya bisikan gaib yang dipercayai tanda akan meletusnya Gunung Kelud daripada pemerintah.

Misalnya, 2.000 jiwa yang sempat mengungsi di Balai Desa Siman, Kecamatan Kepung Kediri, akhirnya ngotot pulang ke kampungnya di Desa Kebonrojo yang sebenarnya termasuk kawasan berbahaya dan hanya berjarak delapan kilometer dari danau kawah Kelud.

Seorang warga yang dituakan di desa setempat mengakui jika warga sebagian besar tidak mempercayai jika Gunung Kelud akan meletus. “Warga kepingin hidup seperti biasa. Ya, bertani begitu. Kalau mengungsi kan tidak jelas sampai kapan,” kata Marjuni (70), warga yang dituakan saat bertemu saudaranya di Dusun Pluncing, Desa Siman, Rabu (17/10).

Dalam bincang-bincangnya itu, Mbah Marjuni tak mengelak jika warga sebagian besar masih mempercayai tanda-tanda magis jika Gunung Kelud akan meletus seperti yang terjadi tahun 1966 dan 1990.

Menurut Mbah Marjuni, sebelum meletus Februari 1990, dirinya kedatangan tiga orang pria yang berpenampilan aneh pada tengah malam. “Ketiga­nya berjubah hitam,” tutur Mbah Marjuni yang didampingi kerabatnya, Samiran.
Ketiga tamu aneh yang tak dikenalnya itu berpesan agar warga Desa Kebonrojo memasang janur (daun kelapa) di depan rumahnya masing-ma­sing. Alasannya, karena Gunung Kelud akan ada hajatan.

Kataya Kelud bade wonten gawe (akan ada hajatan-red),” ujar Mbah Marjuni. Waktu itu, dirinya tidak mengerti yang dimaksud tamu tersebut. Apalagi, ketiga tamu itu lenyap begitu saja ketika Mbah Marjuni hendak membuatkan minuman. “Saat saya buatkan wedang kopi, e sudah tidak ada,” jelasnya.

Memang benar! Sehari setelah kedatangan tamu misterius itu Gunung Kelud memuntahkan laharnya dan menewaskan 32 orang warga. Peristiwa serupa juga terjadi ketika Gunung Kelud meletus pada 1966. Mbah Marjuni juga bermimpi didatangi tiga orang berjubah hitam yang menyampaikan pesan sama. “Biasanya jika akan meletus memang ada pertanda gaib seperti itu,” kata Pak Wit, kerabat Mbah Marjuni.

Warga desa di kaki gunung, menurut Pak Wit, ini masih mempercayai hal-hal yang sebenarnya di luar akal sehat itu. “Tapi namanya orang desa, tentu tidak terlepas dengan hal-hal seperti itu. Kita boleh percaya dan boleh tidak. Tetapi kenyataannya memang seperti itu,” kata Pak Wit yang kebetulan sedang mudik setelah merantau di Kota Pahlawan.


Ratusan Gempa Vulkanik

Sementara itu, sejak ditetapkan berstatus waspada, Gunung Kelud yang berada pada ketinggian 1.731 mdpl di perbatasan Kediri-Blitar-Malang, Jawa Timur, telah diguncang 732 kali gempa vulkanik dalam.

Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Kelud, di Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu, mencatat 351 kali gempa vulkanik dalam pada pukul 00.00 WIB.

Gempa vulkanik dalam itu masih terus berlanjut hingga pukul 02.00 WIB hingga mencapai 381 kali dan masih terus terjadi.

Sebelumnya sempat terlihat asap putih dari danau kawah Gunung Kelud. Sedangkan warna air danau kawah sudah berubah dari hijau menjadi putih dengan suhu air danau kawah Gunung Kelud terpantau 37,8 derajat celsius di kedalaman 15 meter, 37,1 derajat celsius di kedalaman 10 meter, dan 35,2 derajat celsius di bagian permukaan.

Dari Blitar dilaporkan, ribuan warga yang tinggal di tiga kecamatan, yakni Nglegok, Gandusari, dan Garum, hingga saat ini masih mengungsi. Sejak Selasa malam mereka diangkut dengan truk ke beberapa lokasi pengungsian. Sedangkan pemerintah daerah sudah mendistribusikan tujuh ton beras di masing-masing lokasi pengungsian.

Dalam Sejarah
Hingga Rabu (17/10) aktivitas gunung api itu masih tenang. Padahal, berbagai rumor maupun ramalan menyebutkan letusan akan terjadi tengah malam.
Dalam sejarahnya, sejak tahun 1000 hingga abad 20, lebih dari 10 kali Gunung Kelud meletus. Dari data yang dilansir Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, lima kali letusan terjadi pada 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990 dengan jumlah korban mencapai 5.400 jiwa.

Gunung Kelud memiliki ketinggian 1.731 meter. Posisi gunung ini ada di antara Kabupaten Kediri dan Blitar. Jenis Gunung Kelud adalah gunung strato andesitik yang masih aktif.

Letusan Gunung Kelud umumnya berlangsung singkat dan berbeda dengan kondisi gunung berapi lainnya di Indonesia. Sebab, Gunung Kelud sulit untuk diprediksi.

Ada dua macam ciri letusan Gunung Kelud, yaitu letusan semi magmatik dan letusan magmatik. Letusan semi magmatik terjadi akibat penguapan air danau kawah yang merembes melalui rekahan pada dasar danau kawah dan kemudian dihembuskan di atas permukaan dan letusan ini umumnya mengawali aktivitas Gunung Kelud.
Sedangkan letusan magmatik merupakan letusan yang bisa menghasilkan lava. Letusan ini umumnya bersifat eksposif.

Tahun 1901
Letusan tahun 1901 terjadi pada bulan Mei. Kala itu letusan terjadi pukul 00.00 dan 01.00 WIB. Asap letusan pekat membumbung dari kawah Kelud, kemudian hujan lapilli terjadi.
Setelah itu diikuti debu basah dan lumpur, berlanjut hujan abu panas. Letusan ini terjadi setelah 37 tahun masa tenang sejak letusan tahun 1864 dan pada saat letusan tahun 1901 air danau Kelud mendidih.

Tahun 1919
Letusan tahun 1919 merupakan musibah terbesar yang diakibatkan Gunung Kelud pada abad ke-20 dan menyebabkan 5.160 orang meninggal dunia. Letusan terjadi pada tengah malam bulan Mei. Pada saat letusan ditandai suara dentuman amat keras, bahkan kabarnya terdengar sampai Kalimantan. Saat letusan, terjadi hujan abu dan hujan batu serta kerikil.

Tahun 1951
Sebelum letusan terjadi, gempa terasa selama sekitar tiga minggu. Letusan terjadi bulan Agustus, terlihat asap tebal berwarna putih keluar dari puncak disertai gemuruh dan sesaat kemudian asap tebal kehitaman membumbung tinggi.
Selain itu juga terjadi hujan abu disertai hujan batu. Hujan abu terjadi hingga Bandung, Jawa Barat. Terdapat tujuh orang meninggal dunia dan 157 orang luka, serta 320 hektar perkebunan dan hutan rusak.

Tahun 1966
Letusan Gunung Kelud pada tahun 1966 pada dasar kawah baru lebih rendah 79 meter dan meningkatkan volume air dari 1,8 juta meter kubik menjadi 21,6 juta meter kubik. Akibat letusan ini, 210 orang menjadi korban. Sebelum letusan terjadi gempa, air danau berubah dari berwarna hijau tua berubah menjadi hijau kekuningan dan perubahan itu merata di seluruh permukaan danau. Dua hari menjelang letusan air danau kembali berubah.

Tahun 1990
Letusan terjadi bulan Februari. Ratusan rumah rusak dan 32 orang warga menjadi korban. Ini dikarenakan hujan abu. Tahap awal letusan terjadi sebaran abu tipis di sekitar puncak disertai lemparan pasir, lapilli dan batu yang tersebar pada radius 3,5 km. Intensitas danau meningkat empat kali lipat dari rata-rata ambang batas sebelumnya. Akankah tahun 2007 Gunung Kelud tercatat lagi dalam sejarah?

Sumber : medanbisnisonline.com

Silahkan Beri Komentar Anda Mengenai Berita/Artikel Ini.

0 comments:

 

Power by Grandparagon @ 2007 - 2008 Beritadotcom.blogspot.com