Thursday, September 27, 2012
Supiyati, 25, warga Arjomulyo, Oku Timur, Palembang, Sumatra Selatan,
yang kini dirawat di RS Nur Hidayah, Jetis, Bantul, Yogyakarta,
menjadi perhatian masyarakat. Dari tubuh Supiyati keluar paku dan jarum.
Paku-paku tersebut keluar dari kaki dan tangannya.
Hari Rabu (26/9/2012) malam Supiyati menjalani operasi di RS
tersebut. Yekti Utami, 30, kakak sepupu Supiyati, menuturkan, Supiyati
selesai dioperasi sekitar pukul 24.00 WIB. Supiyati melalui dua kali
operasi. Adaa71 paku yang berhasil diangkat dari kedua kakinya. Operasi
itu akan dilanjutkan kembali jika masih ditemukan paku di tubuh
Supiyati.
Selama 25 hari dirawat di rumah, Selasa (25/9) siang, Supiyati
akhirnya dibawa ke RS Nur Hidayah. Tergolek di ranjang RS Nur Hidayah,
Rabu, Supiyati mengaku tidak tahu penyebab penyakitnya. “Rasanya panas
seperti gejala herpes setiap kali ada paku baru yang masuk ke tubuh…”
Karena paku-paku itu terus keluar dan masuk tubuhnya, selama 1,5
tahun Supiyati tidak dapat beraktivitas layaknya orang sehat. Sekadar
berjalan saja, Supiyati merasa kesakitan. Sebab, banyak paku tertanam
dan terlihat jelas di kedua tumitnya.
“Selama di sana [Sumatra], saya dan suami tidak punya musuh atau
terlibat masalah dengan orang lain,” jelas Supiyati. Namun, paku terus
saja menyembul di balik permukaan kulitnya. Setiap keluar, biasanya ada
tiga paku sekaligus yang dililit rambut panjang.
Penyakit yang dialami Supiyati, memang sulit dipercaya oleh akal
sehat. Tanpa sebab yang jelas, selama sekitar 1,5 tahun, sudah lebih
dari 2.000 paku dan jarum keluar dari sekujur kaki dan tangannya.
Ayah Supiyati, Sagiran, 56, menuturkan gejala penyakit aneh yang
diderita anak kedua dari empat anaknya itu bermula sejak 22 Juli 2010.
Saat itu, Supiyati tengah melangsungkan akad nikah di Arjomulyo, Sumsel.
“Saat akad nikah, Supiyati mendadak pingsan,” kenang pria asli Dusun
Seropan, Muntuk, Dlingo, Bantul yang bertransmigrasi ke Palembang sejak
1977 itu.
Empat bulan berselang setelah akad nikah, Supiyati juga sempat tak
sadarkan diri selama 31 hari. “Seperti mati suri. Tanpa makan, minum,
atau buang kotoran,” tutur Sagiran.
Menurut petani karet itu, karena dukun setempat mengatakan Supiyati
bakal sembuh, keluarganya tidak berinisiatif membawanya ke rumah sakit.
Tak lama setelah Supiyati siuman, dari kaki kanannya keluar sebatang
jarum kecil.
Seiring waktu berjalan, tidak hanya jarum, paku bermacam jenis dan
ukuran juga bermunculan dari kedua tangan dan kaki Supiyati. Tidak kuat
menahan rasa sakit dan nyeri akibat logam yang tertanam di tubuhnya,
Supiyati pernah dibawa berobat di dua rumah sakit di Sumatra.
“Kata dokter di sana hanya karena infeksi,” ujar Sagiran. Karena
tidak ada perkembangan berarti, pihak keluarga memutuskan membawa
Supiyati kembali ke tanah kelahiran ayah dan ibunya, Poniyem, 47, di
Dusun Seropan, Dlingo.
Sagiran mengatakan selama 1,5 tahun, baru kali ini anaknya dioperasi.
“Sejak di Sumatra, kami sudah habis biaya sekitar Rp14 juta dan tidak
ada perkembangan berarti. Semoga pendampingan spiritual ini mampu
menghentikan masuknya paku ke tubuh Supiyati.”
Di RS Nur Hidayah Supiyati menjalani terapi rukiah oleh tim spiritual RS Nur Hidayah.
0 comments:
Post a Comment