Saturday, August 1, 2009
Jakarta - Ibrohim, orang yang paling dicari polisi, diduga sengaja pindah bekerja sebagai penata bunga agar bisa menyusup dan mempelajari situasi di Hotel Ritz Calton dan Hotel JW Marriot. Sebelum bekerja di Cynthia Florist, Ibrohim alias Boim mengaku pernah bekerja di Hotel Mulia sebagai penata bunga, padahal gaji di Hotel Mulia lebih besar.
Hal tersebut terungkap saat Tempo mewawancarai Andi Suhandi, 43 tahun, rekan kerja Ibrohim di rumahnya, di Desa Parakan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jumat (31/7) pukul 15.00 wib. “Saya sempat menanyakan kenapa dia mau bekerja di Chyntia Florist yang gajinya hanya sekitar Rp 2 juta, padahal pengakuannya saat bekerja di Hotel Mulia gajinya Rp 3 juta lebih,” ungkap Andi.
Namun saat itu Ibrohim hanya tersenyum saja, dia bilang kerja dimana saja sama untuk keluarga juga. Menurut Andi, Ibrohim bekerja di Chyntia Florist, enam bulan setelah Hotel Ritz Carlton dibuka,”Dia melamar sendiri sekitar bulan Agutus 2005 lalu,” jelasnya. Lain halnya dengan penata bunga lain yang memang dicari oleh perusahaan.
Andi termasuk orang lama yang bekerja di Chyntia Florist sejak tahun 2002. Sehingga di kantor dia paling dituakan baik dalam diskusi atau mencari jalan keluar masalah teman-teman satu kontrakannya. ”Awal tahun 2005, Hotel Ritz Carlton perusahaan melakukan penyegaran saya di pindah ke hotel ini. Padahal tadinya saya akan kembali sebagai penata bunga di Pasar Barito, tetapi karena pasar itu ditutup, akhirnya saya kembali bekerja,” cerita Andi.
Andi mengaku trauma ketika menjadi salah satu korban ledakan bom di JW Marriot tahun 2003 lalu. Di antara penata bunga, hanya Ibrohim yang melamar setelah Ritz Carlton beroperasi, sedangkan pegawai lain, sudah pernah bekerja sebelum Ritz Carlton dibuka. ”Waktu melamar ke Chyntia Florist dia di tes merangkai bunga, ternyata dia memang keliatan ahli, jadi diterima,” jelasnya.
Sebagai pengawai baru, Ibrohim termasuk orang yang super dalam bergaul dan jarang sekali mengeluh walapun kelelahan dalam bekerja. Termasuk dalam mengatasi masalah rumah tangga, sosok Ibrohim, sangat memperhatikan keluarganya, ”Saya sering dengar dia ditelepon oleh anak dan istrinya,” ujar Andi.
Lima hari (sebelum bom meledak, Ibrohim sempat minta izin pulang ke Kuningan, karena anak pertama masuk SMA, anak keduanya masuk SMP, anak ketiga kelas 2 SD (ketiganya perempuan) dan anak bungsunya laki-laki baru berusia 4 bulan. Padahal dalam jadwal libur, seharusnya Ibrohim libur hari Rabu, tetapi karena liburnya sudah diambil, jadi hari Rabu (13/7) dia masuk, dan kebetulan banyak pekerjaan hari itu.
Karena jadwal libur Andi, hari Kamis, Rabu pukul 16.00 WIB, Andi minta izin pulang ke Rosi, staf Cynthia Florist yang berkantor di ground. Saat bom meledak di dua hotel itu, Andi tidak mengetahui karena baru sampai di daerah Parung, Dia baru tahu ada ledakan di JW Marriot dan Ritz Carlton, ketika sampai di depan hotel tersebut. Saat sampai di rumah kontrakan, temannya Hasan memberitahu bahwa hotel tempatnya bekerja di bom lagi oleh teroris.
Bersama Hasan, Andi berusaha menghubungi teman-temannya, semua menjawab, hanya Ibrohim yang menghilang dan tidak menjawab teleponnya. Dia dan teman-temannya sempat mencari-cari ketiga rumah sakit tetapi tidak ditemui, ”Ditelpon tidak aktif, dikirimi SMS mental lagi, kami khawatir dia jadi korban, ternyata dia malah diduga terlibat jaringan teroris, kami kesal,” ungkapnya.
Penyesalan Andi sama dengan yang dirasakan oleh 11 teman kerjanya. Atas kejadian ini tempat bekerjanya ditutup. Kontrak dengan Ritz Carlton, JW Marriot dan Ritz Carlton di Pacific Place memutuskan kerjasamanya, semua jadi penggangguran. ”Terus terang kami tidak suka terhadap tindakannya, apalagi kalau benar dia terbukti sebagai anggota teroris, karena Boim, saya jadi pengangguran” kata Andi.
Source
Labels: Hukum dan Kriminal, News, Sosial Politik
0 comments:
Post a Comment