Thursday, May 29, 2008
Jakarta: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penghematan yang diperoleh dari keluarnya Indonesia dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak terlalu signifikan. "Dari sisi (iuran) membership memang ada penghematan...," kata Menkeu di Jakarta, Kamis (29/5).
Menurut Sri Mulyani, tujuan Indonesia keluar dari OPEC lebih kepada pesan moral yang ingin disampaikan Indonesia kepada negara-negara OPEC itu. Keanggotaan OPEC lebih didasarkan kepada kemampuan untuk memproduksi minyak. "Kemampuan produksi minyak Indonesia hanya sekitar satu juta barel per hari sehingga tidak ada pengaruhnya ke OPEC," ucap dia.
Menteri Sri Mulyani menyebutkan, untuk iuran keanggotaan pada 2008 hanya sekitar 800 ribu dolar AS untuk masa keanggotaan selama satu tahun. "Ini pembayarannya sudah dilakukan dan nilai pastinya berapa tanya ke Dirjen Anggaran," kata Menkeu. Menurut dia, kalaupun Indonesia keluar dari OPEC, mungkin baru akan efektif tahun depan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro secara formal akan melakukan proses Indonesia keluar dari OPEC.
Menurut Menkeu, dasar pertimbangan pembentukan OPEC pada waktu pendirian adalah sebagai organisasi yang diharapkan dapat mengatur penyediaan sehingga terjaga stabilitas harga minyak mentah dunia. Namun situasi terakhir terutama di Indonesia sendiri sudah tidak memungkinkan Indonesia terus bergabung di OPEC. Sebab, konsumsi minyak yang lebih besar dibanding kebutuhan sehingga Indonesia tidak memadai untuk disebut sebagai eksportir minyak.
Source
Labels: Bisnis dan Ekonomi, News
0 comments:
Post a Comment