Referensi

Jasa Web Design

Wednesday, January 16, 2008

Fenomena pindah agama dengan berbagai alasan tidak menjadi sesuatu hal yang baru dalam kekristenan. Begitu juga sebaliknya, agama-agama lain. Meskipun semua itu dimengerti sebagai pilihan keyakinan seseorang yang asasi. Sebuah kasus menarik yang terjadi akhir-akhir ini, terkait perpindahan agama salah satu mantan pengikut organisasi agama tertentu di negeri ini. Sebut saja inisial M. Sejak berita perpindahan keyakinan itu bak jamur tumbuh di musim hujan gereja-gereja begitu antusias mengundang tokoh tersebut. Meski kesaksian dan pertobatannya terkesan sangat fundamentalis, militan dan menyentuh dogma kelompok agama tertentu. Rupanya kisah pertobatan semacam ini menjadi pilihan tersendiri di tengah kejenuhan rutinitas keagamaan.
Masih segar dalam ingatan kita, ketika pertobatan Moh. Filemon, Ki Gendeng Pamungkas si raja santet bertobat. Tak ayal umat Kristen merasa mendapat angin baru dalam isu kekristenan. Seolah keberadaan figur-figur itu memperkuat iman kristen. Tapi ending-nya mengecewakan ketika motivasi pertobatan itu tidak murni. Belajar dari pengalaman ini, rasanya umat Kristen mau tidak mau lebih waspada karena gaya pertobatan semacam ini bukan baru pertama kali, tapi sering terjadi apalagi terkait seorang figur, artis, politisi atau pemuka agama.

PETOBAT YANG MERAGUKAN

Seperti halnya, kasus M bagi kalangan kristiani sosok pria ini tidak asing di telinga, khususnya kalangan umat dari gereja, seolah nama M patut diperhitungkan menjadi daftar pengkhotbah baru yang dicari. Meskipun jabatannya bukan pendeta, tapi dengan kemampuan dan pemahaman dua agama seolah menggugah sanubari setiap mendengarnya. Dengan kepiawaiannya memaparkan dogma agama M memiliki daya pikat tersendiri. Namun, menurut sumber M memang suka berpindah-pindah agama, bahkan ditengarai asal agama M adalah Kristen yang kemudian mengaku non-kristen. Isu M semakin berkembang, satu pihak ia menyatakan dirinya bertobat menjadi Kristen, pihak lain ia mengingkari kekristenan. Anehnya sejak masuk agama non-Kristen ia kerap kali mendatangi pemuka agama tersebut untuk mengucapkan syahadat (kepercayaan). Begitu sebaliknya dalam menyatakan niatnya meyakini agamanya, M tidak hanya mendatangi para pemuka agama lain namun juga ke pendeta-pendeta. Bedanya, saat bertemu pendeta-pendeta, M menyatakan ingin masuk Kristen. Sayangnya, hingga kini belum ada satu pun lembaga antar gereja mengklarifikasi isu tersebut. Masuknya M yang mengaku sebagai keturunan Arab ini, kini kian menguat lantaran menjadi Kristen. Respon positif terus berdatangan. Apalagi M mengaku sebagai mantan komandan organisasi tertentu. Tentu siapa yang mengetahui sosok M? Dalam waktu relatif singkat M menjadi popular di kalangan umat Kristen. Di tengah kepopularitasnya M pun melangkah lebih jauh bukan hanya memberikan kesaksian namun juga mengajar Islamologi, karena pernah belajar ilmu agama ini empat tahun di Universitas Medinah-Saudi Arabia. Benarkah demikian? Dalam pengajaran-pengajarannya di lingkungan Kristen, M selalu tampil berapi-api dan berani dengan keras menolak ‘ajarannya dahulu’. Dengan lantang M pernah berkata “Saya akan membuat jihad Kristen” begitu ucapnya.

KEBOHONGAN TERUNGKAP

Akhirnya kebohongan M terungkap melalui beberapa VCD khotbahnya yang beredar di Gereja GKJW Kebon Agung, Malang, yang sarat menyudutkan agama tertentu. Anehnya M sering menyebut sosok Ja’far Umar Thalib mantan panglima yang diaku M sebagai temannya, yang memberikan teguran dan reaksi yang keras. Kebohongan yang diungkap pertama kali adalah kesalahan dalam melafalkan ayat-ayat al-Quran. Bagi orang Kristen yang tidak pernah belajar bahasa Arab, apapun yang dikatakan M dalam bahasa yang berbunyi seperti bahasa Arab akan diterima apa adanya. Namun, hal ini berbeda bagi orang Muslim yang lebih peka dalam mendengarkan lafal arab yang benar. Kelemahan mencolok M yang dimaksud adalah masalah tajwid. Tajwid adalah cara pelafalan vokal “a, i, u” dalam bacaan arab. Apakah vokal dalam kata tersebut seharusnya dibunyikan panjang atau pendek. Kemudian cara pengucapan beberapa konsonan khas Arab yang dibedakan bunyinya antara k dengan kh, s dengan sy, t dengan th dan d dengan dh terbukti salah. Dari sini dipastikan M bukan muslim dari kecil dan pernyataannya pernah belajar ilmu agama 4 tahun di Medinah adalah bohong. Kebohongan berikutnya adalah pengakuan sebagai keluarga Habib. Marga Arab dari bani Tamim bukan keturunan Muhammad karena Muhammad (dan keturunannya) adalah bani Hasyim. Kebohongan berikutnya adalah saat menjelaskan gelar Isa Almasih AS. Gelar AS (Allaihi Salam) diartikan M sebagai pemberi keselamatan. Disebutkan: “Yesus sebagai Firman Allah/Kalimatullah yang turun ke dunia adalah Juru Selamat, selain Yesus semua nabi gelarnya bukan AS (Pemberi Keselamatan). Semua orang Kristen yang tidak tahu bahasa Arab akan terkesima serta mengangguk-angguk mendengarkan celotehan M yang mirip keyakinan iman kristiani. Penerjemahan yang ngawur semacam ini bukan hanya ditentang umat Islam namun juga datang dari kelompok kristen Arab yakni Bambang Noorsena (ketua sekaligus pendiri Kelompok Studi Kristen Syria).
Menurut Bambang “gelar AS” (Allaihi Salam) yang diterjemahkan Pemberi Keselamatan tidak pernah ditemui dalam bahasa Arab dialek manapun yang dipakai umat Islam maupun Kristen di Timur Tengah. Pengajaran semacam ini sangat berbahaya. Terjemahan bebas untuk AS adalah “atasmu (diberi/disampaikan) salam”. Umat Kristen yang mempercayai khotbah-khotbah yang tidak mendasar M rawan menimbulkan konflik antar umat bila mengartikan Isa Almasih semacam itu.

KEMBALI KE AGAMA SEMULA.

Atas teguran dan reaksi keras dari Ja’far, M menyatakan minta maaf dan menarik semua kata-katanya dan mengaku kembali ke agama yang benar. Bukan hanya itu saja, M mengutarakan tidak ingin menanggung akibat khotbahnya yang ngawur, dengan menyangkutkan kesalahan yang dibuatnya dengan mengkambinghitamkan gereja-gereja, pendeta-pendeta yang mengedarkan VCD-nya seperti pernyataannya pada track film ketiga VCD-nya. Kemudian tanggal 27 Oktober 2007, M mengucapkan syahadat (laporan Sabili edisi 29 Nopember 2007) dalam pengajian di rumahnya. Sebagai bukti keseriusannya dalam agamanya sekarang, M dengan lantang mengulangi janji di hadapan jamaah untuk mengembalikan orang-orang yang sudah di-Kristen-kan.

IMAN TIDAK MENGAKAR

Uniknya dalam pengakuan yang terekam pada VCD, M mengakui menjadi pendeta hanya untuk cari makan, namun, iman sejatinya tetap pada agamanya terdahulu. Tetapi anehnya, setelah pengajian di rumahnya akhir Oktober lalu, ternyata M masih terus berkeliling berkhotbah di gereja-gereja. Ada indikasi kesaksian M di dua wilayah agama mengarah pada adu domba antar agama ini. Hal ini diperkuat, seruan Ketua BAMAG Surabaya Edi Pattinasarane saat “doa pagi dan makan pagi bersama” mengatakan secara tegas kepada seluruh hamba-hamba Tuhan di Surabaya (Senin 3 Desember 2007) di GKI Sulung Surabaya agar semua gereja tidak lagi mengundang M yang notabene “mendua iman.” Bahkan media ini meminta komentar Tim Kontra Bidat Paguyuban Amin menyatakan keberadaan M harus segera diklarifikasi, baik status agamanya dan bila perlu mendukung upaya-upaya hukum atas dasar upaya adu domba dan penodaan agama seperti yang sudah dilakukan M.

Source

Silahkan Beri Komentar Anda Mengenai Berita/Artikel Ini.

0 comments:

 

Power by Grandparagon @ 2007 - 2008 Beritadotcom.blogspot.com