Saturday, January 26, 2008
Setelah kloter terakhir jamaah haji Indonesia pulang Rabu lalu (23/1), di Masjidilharam ada tradisi mencuci Ka’bah. Apakah kiblat umat Islam itu diguyur air dan dicuci bersih-bersih?
Ternyata tidak persis seperti itu. Wartawan Jawa Pos menyaksikan prosesi tersebut. Berikut laporannya:
Jamaah subuh di Masjidilharam dan pelataran Ka’bah kemarin (24/1) jauh lebih banyak daripada hari-hari sebelumnya. Selain bagian dalam masjid cukup padat, pelataran Kakbah dipenuhi ribuan orang. Mereka ada yang tawaf (berkeliling Ka’bah), tapi banyak juga yang duduk melingkar berzikir dan berdoa.
Usai subuh, saat langit mulai terang, laskar atau pasukan Kerajaan Saudi datang dalam jumlah ratusan. Mereka meminta orang-orang yang berkumpul di dekat Ka’bah menjauh. Lama-lama orang yang tawaf dan berebut mencium Hajar Aswad di pojok Ka’bah menjauh. Sampai akhirnya terbentuklah ruang berjari-jari sekitar 50 meter di sekitar Ka’bah, yang dipagar betis pasukan berseragam doreng kamuflase gurun itu.
Tak lama kemudian, tangga Ka’bah mulai dijalankan dari arah tangga Masjidilharam, lurus menuju pintu Ka’bah. Tangga itu mirip tangga pesawat yang bisa dimajumundurkan secara robotik. Bedanya, kalau tangga pesawat berbahan logam, tangga Ka’bah itu terbuat dari kayu ukiran berwarna cokelat.
Dengan papan kendali berwarna kuning, petugas menyetir tangga Ka’bah hingga menempel ke pintunya.
Persis pintu pesawat juga, pintu Ka’bah itu cukup tinggi dari tanah. Dasar pintu berada di atas kepala orang dewasa. Karena itu, kalau orang berdoa di pintu Ka’bah, banyak yang mengangkat tangan tinggi-tinggi untuk meraih dasar pintu tersebut.
Setelah pintu Ka’bah punya tangga, perlahan-lahan pintu Ka’bah dibuka. Pintu dari logam kuning yang berat itu terkuak. Dari kejauhan terlihat ruang temaram di dalam Ka’bah. Ruang dengan cahaya kehijau-hijauan.
Saat pintu Ka’bah terbuka, ribuan jamaah lelaki dan perempuan yang menyaksikan prosesi itu menggumamkan “Allahu akbar!” Mereka melambaikan tangan ke arah Ka’bah. Wajah mereka banyak yang mengguratkan keharuan. Setelah melambai, mereka mengusapkan tangan ke wajah atau ke janggut. Acara pembukaan pintu Ka’bah dan pencucian Ka’bah inilah yang menyebabkan hari itu berkumpul jamaah lebih banyak di Masjidilharam.
Setelah dua daun pintu terbuka penuh ke dalam, dimulailah acara cuci Ka’bah. Sapu-sapu bertangkai panjang dibawa masuk. Ember-ember putih berisi air juga diusung ke dalam, bersama lap-lap warna kuning.
Upacara itu dipimpin Gubernur Makkah Pangeran Khalid Bin Faisal Bin Abdullah, putra Raja Faisal. Para tamu Ka’bah masuk bergiliran silih berganti. Tentara mengatur arus keluar masuk di pintu yang lebarnya hanya sekitar 2 meter itu.
Para tamu Ka’bah dalam jumlah terbatas itu, selain tokoh-tokoh setempat, juga para duta besar negara-negara muslim atau yang beragama Islam, termasuk Dubes RI di Arab Saudi Salim Segaf Aljufri. Saat masuk ke dalam Ka’bah, Salim tidak melakukan pencucian apa pun. “Pencucian itu hanya simbolis,” kata Salim.
Dia sendiri tak tahu persis, apakah ada tradisi mencuci Ka’bah yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW. Yang jelas, tradisi mencuci Ka’bah itu salah satunya merupakan momen pintu Ka’bah dibuka untuk memberi kesempatan orang masuk menyaksikan dalam Ka’bah.
Memang ada di antara undangan “mencuci” dengan yang mengepel lantai marmer Ka’bah, atau mengelap dinding Ka’bah yang juga dari marmer. Ada juga yang mengenakan sapu tangan mengelap salah satu dari tiga tiang beton berukir yang menyangga atap cor-coran Ka’bah. Tapi, membersihkan itu lebih bersifat simbolis.
Memang tak banyak yang bisa dicuci di dalam Ka’bah. Tempat itu nyaris kosong, hanya ada tiga tiang beton, serta kaligrafi kuno yang sudah menyatu dengan dinding. Dindingnya yang setinggi tiga meter dilapisi marmer, selebihnya dilapisi kain beludru.
Waktu 15 menit di dalam Ka’bah, Dubes Salim memilih salat sunah Duha. Masing-masing dua rakaat, menghadap ke empat penjuru. Dia juga salat sunah bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika masuk ke Ka’bah pada 2006. Waktu itu SBY bersama 100 lebih rombongannya diperkenankan masuk Ka’bah usai bertemu Raja Abdullah. Para pemimpin negara muslim memang bisa meminta agar boleh masuk Kakbah kepada pemerintah Saudi.
Kemarin Wapres Jusuf Kalla juga menyaksikan acara pencucian Ka’bah yang berlangsung hingga sekitar pukul 11.00 (pukul 07.00) waktu setempat itu. Jusuf Kalla menyaksikan dari dekat tangga dengan kawalan kehormatan dari “Brimob” pasukan Saudi.
Selain tokoh setempat dan para Dubes, tak ada pemimpin negara yang mendapat undangan masuk ke sana. “Pak Kalla memang hanya menghadiri (pencucian Ka’bah) dan sudah menghadiri,” kata diplomat yang juga salah satu pendiri PKS itu. Prosesi itu usai ketika pintu Ka’bah ditutup lagi dan tangga kayu digeser menjauh.
Usai memagar betis, para pasukan Saudi pun bubar. Di antaranya ada yang berebut mencium hajar Aswad. Rutinitas sekitar Ka’bah pulih lagi dengan para jamaah yang tawaf keliling Ka’bah dan duduk berzikir atau salat.
Source
Silahkan Beri Komentar Anda Mengenai Berita/Artikel Ini.
Labels: News, Religion (Agama)
0 comments:
Post a Comment